Thursday, 23 August 2018

FAQ

FAQ - Belajar Bareng Biogas

1. Agar  biogas yang dihasilkan oleh biodigester dapat optimal, apa saja yang dapat kita lakukan ? 

Beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah membuang gas hidrogen sulfida dan karbon dioksida.

Saturday, 22 October 2016

Komponen Bangunan Reaktor Biogas Rumah (BiRu)

Oleh : biru.co.id

Ada 6 bagian utama dari sebuah digester: inlet (tangki pencampuran) sebagai tempat kotoran hewan masuk, reaktor (ruang pencernaan anaerobik), penampung gas (ruang penyimpanan), outlet (ruang pemisah), sistem pengangkut gas dan lubang kompos kotoran hewan yang telah hilang gasnya/bio-slurry. Campuran kotoran dan air (dicampur dalam saluran masuk atau ruang pencampur) mengalir melalui saluran pipa menuju digester. Pencampuran menghasilkan gas melalui proses pencernaan di reaktor dan gas yang telah dihasilkan kemudian disimpan dalam penampung gas (bagian atas kubah).

Slurry (ampas) mengalir keluar dari digester menuju outlet dan menjadi bio-slurry (ampas biogas) mengalir ke lubang slurry melalui overflow. Kemudian gas dialirkan ke dapur melalui saluran pipa.

Model pengembangan biogas di Indonesia umumnya terdiri dari bagian seperti berikut:

  1. Inlet (tangki pencampur)
  2. Pipa Inlet (bisa dihubungkan ke WC)
  3. Digester
  4. Penampung Gas (Kubah)
  5. Manhole
  6. Outlet & Overflow
  7. Pipa Gas Utama dan Turret
  8. Katup Gas Utama
  9. Saluran Pipa
  10. Waterdrain (penguras air)
  11. Pengukur Tekanan
  12. Keran Gas
  13. Kompor Gas dengan pipa selang karet
  14. Lampu (pilihan)
  15. Lubang bio-slurry

Thursday, 6 October 2016

Peluang : Rekrutment Calon Mitra Pembangunan Biogas


Bagi yang tertarik menjadi Mitra Pembangun Biogas Rumah (BIRU) di wilayah Provinsi Jawa Barat, Banten, dan Lampung. Silakan mendaftar!

Lokasi CPO baru:

1. Provinsi Jawa Barat dengan wilayah kerja yaitu:
Wilayah 1: Sukabumi, Bogor, Depok, Bekasi, Kerawang
Wilayah 2: Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Pangandaran

2. Provinsi Banten dengan lokasi wilayah kerja yaitu:
Tangerang, Serang, Pandeglang, Cilegon

3. Provinsi Lampung dengan lokasi wilayah kerja yaitu:
Wilayah 1: Lampung Selatan (Kalianda, Sidomulyo, Rajabasa, Katibung)
Wilayah 2: Tulang Bawang (Kota Unit II, Banjar Baru, Tumijajar)

Bagi Anda yang berminat, adapun syarat dan ketentuan umum yang harus diperhatikan, yaitu:

  1. Berbadan hukum CV atau PT (Perseroan Terbatas)
  2. Telah memiliki modal awal/modal kerja untuk menjalan program
  3. Memiliki minimal 5 tukang batu & 1 supervisor (pengawas)
  4. Telah berpengalaman dalam pembangunan sipil minimal 1 tahun
  5. Memiliki kesanggupan untuk membangun 100 unit bangunan biogas per-tahun selama masa kerja sama
  6. Mempunyai kemampuan dalam hal sosialisasi & memasarkan produk bangunan biogas skala rumah tangga
  7. Memiliki jaringan dengan peternak sapi perah/potong/kerbau/kambing, ayam petelur/potong, babi & burung puyuh.
  8. Memiliki jaringan & menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah (Dinas ESDM, peternakan, lingkungan hidup, pertanian, BAPPEDA)
  9. Memiliki jaringan dengan koperasi untuk mengembangkan sistem pembiayaan biogas

Untuk pendaftaran dan info selengkapnya, Anda bisa menghubungi kami di:

  • Kantor Rumah Energi Jakarta di Jl. Pejaten Barat No 30A Jakarta 12550 (Telp. 021-7821086/7821090) 
  • Kantor Rumah Energi Provinsi Jawa Barat di Jl. Tanjidor No. 19 Turangga, Bandung (Telp. 022-7308287)
  • Kantor Rumah Energi Provinsi Lampung di Perumahan Bumi Puspa Kencana 3 Estate Blok A No. 2 Rajabasa, Bandar Lampung (Telp. 0721-8012903)

Wednesday, 28 September 2016

Mengapa Kita Perlu Lebih Memasyarakatkan Biogas dalam Usaha Diversifikasi Energi Menuju Cita-Cita Mewujudkan Kedaulatan Energi ?

Status : Draft

Salah satu tulisan singkat Pak Martinus Gangsar berikut dapat menjadi salah satu alasannya :



Beberapa minggu lalu olah2 data bikin presentasi buat pak bos, eh dapet info miris...

  1. Konsumsi bbm indonesia lebih besar dari minyak mentah yang diproduksi. Minyak mentah diolah juga hasil bbmnya gak bakal sebanyak inputnya. Th 2016 ini entah seperti apa perbandingannya, mungkin konsumsi bbm kita 2 kali crude.
  2. Most ethylene dan propylene diimpor. So, kantong plastik itu walau made in indonesia, tapi bahan bakunya impor. Macam tempe lah, delenya impor amrik. Padahal bahan bakunya monomer tersebut: metanol dari gas bumi, atau nafta dari kondensat. Tapi gak ada yg bikin monomer, methanol kita hampir 100% di ekspor. Nafta kita? Dipake bbm : Jadi, kalau ngaku anti asing jangan pake plastik ya. Pake daun aja.
  3. LPG yg kita pakai, 80%+ most likely imported. Sayang sekali chartnya belum bisa dirilis karena aku pake data internal yg belum dapet ijin rilis. Sumur gas kita yg produksi lpg semakin sedikit. Tapi kita semua pake lpg untuk masak. Padahal kita punya banyak gas, metan dan etan yg kita ekspor sbg lng. Kenapa kita ekspor? Karena instalasi dalam negri yg bisa memanfaatkan lng sangat terbatas, walau potensinya besar.
So... Mau dibawa kemana strategi energi kita? Sayangnya saya bukan strategist yg dipercaya untuk itu.

I'd say:

  1. public transport (well thats generic). Saya berharap banyak pada MRT dan LRT jakarta. Juga transjakarta. 
  2. Konversi bbm ke bbg. CNG bukan LGV untuk kendaraan kecil. LNG untuk kendaraan besar, terutama kapal laut yg konsumsinya besar, dan bis yg utilisasinya tinggi. TransJ, you'd better use LNG instead of CNG.
  3. City gas harus diperluas. Tidak harus grid connected, tapi bisa island, misalnya dalam apartemen. Menggunakan supply CNG atau LNG, atau pipeline gas. Manapun yg paling efektif dan efisien berdasarkan lokasi.
  4. Menggalakkan renewable energy. 
Sebagai negara di ring of fire, geothermal punya banyak potensi. Saya dengar geothermal jabar itu cuma memakai 30% dari kapasitasnya karena constraint di electric transmission line. Well, kalau bisa gusur buat jalan tol, why not for better transmission line?

Sebagai negara maritim, arus laut juga potensi besar. Sayangnya cuma kabel bawah laut aja ilang dicolong, apalagi generatornya. Yak... Mungkin yg ke 5 dibenahi dulu mental rakyat kita... Hehehe

Referensi


  1. Membongkar Mitos "Indonesia Kaya Migas", http://vip.kompas.com/migas/