Wednesday 28 September 2016

Mengapa Kita Perlu Lebih Memasyarakatkan Biogas dalam Usaha Diversifikasi Energi Menuju Cita-Cita Mewujudkan Kedaulatan Energi ?

Status : Draft

Salah satu tulisan singkat Pak Martinus Gangsar berikut dapat menjadi salah satu alasannya :



Beberapa minggu lalu olah2 data bikin presentasi buat pak bos, eh dapet info miris...

  1. Konsumsi bbm indonesia lebih besar dari minyak mentah yang diproduksi. Minyak mentah diolah juga hasil bbmnya gak bakal sebanyak inputnya. Th 2016 ini entah seperti apa perbandingannya, mungkin konsumsi bbm kita 2 kali crude.
  2. Most ethylene dan propylene diimpor. So, kantong plastik itu walau made in indonesia, tapi bahan bakunya impor. Macam tempe lah, delenya impor amrik. Padahal bahan bakunya monomer tersebut: metanol dari gas bumi, atau nafta dari kondensat. Tapi gak ada yg bikin monomer, methanol kita hampir 100% di ekspor. Nafta kita? Dipake bbm : Jadi, kalau ngaku anti asing jangan pake plastik ya. Pake daun aja.
  3. LPG yg kita pakai, 80%+ most likely imported. Sayang sekali chartnya belum bisa dirilis karena aku pake data internal yg belum dapet ijin rilis. Sumur gas kita yg produksi lpg semakin sedikit. Tapi kita semua pake lpg untuk masak. Padahal kita punya banyak gas, metan dan etan yg kita ekspor sbg lng. Kenapa kita ekspor? Karena instalasi dalam negri yg bisa memanfaatkan lng sangat terbatas, walau potensinya besar.
So... Mau dibawa kemana strategi energi kita? Sayangnya saya bukan strategist yg dipercaya untuk itu.

I'd say:

  1. public transport (well thats generic). Saya berharap banyak pada MRT dan LRT jakarta. Juga transjakarta. 
  2. Konversi bbm ke bbg. CNG bukan LGV untuk kendaraan kecil. LNG untuk kendaraan besar, terutama kapal laut yg konsumsinya besar, dan bis yg utilisasinya tinggi. TransJ, you'd better use LNG instead of CNG.
  3. City gas harus diperluas. Tidak harus grid connected, tapi bisa island, misalnya dalam apartemen. Menggunakan supply CNG atau LNG, atau pipeline gas. Manapun yg paling efektif dan efisien berdasarkan lokasi.
  4. Menggalakkan renewable energy. 
Sebagai negara di ring of fire, geothermal punya banyak potensi. Saya dengar geothermal jabar itu cuma memakai 30% dari kapasitasnya karena constraint di electric transmission line. Well, kalau bisa gusur buat jalan tol, why not for better transmission line?

Sebagai negara maritim, arus laut juga potensi besar. Sayangnya cuma kabel bawah laut aja ilang dicolong, apalagi generatornya. Yak... Mungkin yg ke 5 dibenahi dulu mental rakyat kita... Hehehe

Referensi


  1. Membongkar Mitos "Indonesia Kaya Migas", http://vip.kompas.com/migas/

No comments:

Post a Comment